Berita-Berita Seputar Olahraga

Sharing berita-berita olahraga yg lo tau di sni...

Berdasarkan ukuran besaran fee transfer dan kontribusinya terhadap tim, berikut di bawah ini disajikan sejumlah transfer yang dapat dikategorikan sebagai yang terbaik dan terburuk di kompetisi premiership musim 2080-09 lalu menurut versi The Independent.

Terbaik:
1. Mark Schwarzer (dari Middlesbrough ke Fulham, gratis)
Di musim 2007-08, Fulham baru memastikan bertahan di Liga Premier pada partai pamungkas. Di musim 2008-09, dengan gagahnya, Fulham bertengger di peringkat ketujuh dan meraih tiket ke European League. Selama 10 musim bersama Middlesbrough, dengan Schwarzer berdiri di bawah mistar gawang, The Boro minimal menempati posisi ke-14. Musim 2008-09, tanpa kiper veteran asal Australia itu, Middlesbrough terdegradasi!

Statistik bisa saja berbohong, tapi tidak dengan yang satu ini. Pengalaman, kemampuannya di udara dan aksi penyelamatan Schwarzer membuat bek-bek The Cottagers percaya diri. Hanya tim-tim yang menduduki posisi tiga besar yang jumlah kebobolannya lebih sedikit dibanding Fulham. Kontribusi di atas plus bandrolnya yang free alias gratis pantas membuat Schwarzer didaulat sebagai pembelian terbaik di musim ini.

2. James Beattie (dari Sheffield United ke Stoke City, 3,5 juta pound)
Menyimak kiprahnya yang lesu bersama Everton di musim 2006-07 dan usianya yang mulai uzur, 31 tahun, bandrol Beattie yang hijrah ke Britannia Stadium, 12 Januari 2009, dirasa cukup mahal. Namun, kontribusinya, enam gol dalam 10 partai, determinasi, dan kemampuannya dalam membangun serangan membuat Stoke selamat dari degradasi. Alhasil, 3,5 juta pound dinilai bukan pemborosan mengingat di musim depan kas klub bertambah 30 juta pound.

3. Geovanni (dari Manchester City ke Hull City, gratis)
Jelang akhir musim, Geovanni tampil buruk. Pertikaiannya dengan bos Phil Brown membuat Hull terseret ke zona merah. Selamatnya The Tigers dari degradasi tidak lepas dari kontribusi gol yang dicetak Geovanni di awal musim ketika bertanding melawan Tottenham Hotspur dan Arsenal.

4. Brad Friedel (dari Blackburn Rovers ke Aston Villa, 2 juta pound)
Di usianya yang menginjak 38 tahun, pengalaman Friedel terbukti mampu berkontribusi atas pencapaian Villa yang sebagian berintikan pemain muda.

5. Andrei Arshavin (dari Zenit St Petersburg ke Arsenal, 15 juta pound)
Pembelian termahal Arsene Wenger yang dibayar tuntas Arshavin dengan enam golnya dalam 12 partai. Termasuk empat gol ke gawang Pepe Reina di Anfield Stadium, markasnya Liverpool.

6. Thomas Sorensen (dari Aston Villa ke Stoke City, gratis)
Mirip dengan Schwarzer. Tanpa sepeser pun Tony Pulis merekrutnya dari Villa. Kontribusi Sorensen sangat besar bagi keberhasilan The Potters bertahan dalam debutnya di premiership.

7. Vincent Kompany (dari Anderlecht ke Manchester City, 6 juta pound)
Bukan rekrutmen spektakuler. Tapi, sejauh ini yang terbaik. Pemain Belgia ini tampil konsisten dan impresif, baik ketika bertugas sebagai holding midfielder maupun defender.

8. Lee Cattermole (dari Middlesbrough ke Wigan Athletic, 3,5 juta pound)
Pemain yang handal berkelahi di lapangan. Tipe prajurit. Meski relatif berusia muda, 21 tahun, Cattermole telah menjadi pemain inti dalam skuad Steve Bruce.

9. Louis Saha (Manchester United ke Everton, variable fee)
Langkah cerdik yang dibuat David Moyes yang mengontraknya dengan bayaran per partai. Hanya 16 laga yang dilalui membuat ongkos rekrutmen Saha jauh lebih murah. Meski demikian, delapan gol dari kakinya membuat The Toffees nangkring di peringkat lima besar.

10. Abdoulaye Faye (Newcastle United ke Stoke City, 2,25 juta pound)
Rekrutmennya menggantikan John Pantsil yang diboyong Fulham. Faye tampil solid di lini belakang The Potters. Sangat kontras dibandingkan dengan aksinya di St James Park.


Terburuk:
1. Robbie Keane (dari Tottenham Hotspur ke Liverpool, 20,3 juta pound)
Kesalahan terbesar Rafael Benitez di bursa transfer musim panas. Buktinya, Keane hanya tampil dalam 28 pertandingan di lima bulan pertama, mencetak tujuh gol, dan merugi 7 juta pound.

2. Xisco (Deportivo La Coruna ke Newcastle United, 5,7 juta pound)
Cermin bobroknya kebijakan transfer The Magpies ala Dennis Wise dan Tony Jimenez. Satu gol dan lima partai. Rapor Xisco, 22 tahun, di musim lalu.

3. Jo Alves (CSKA Moscow ke Manchester City, 18 juta pound)
Satu gol dari 9 laga premiership. Jelas tak sebanding dengan bandrol. Menarik menyimak apa yang dilakukan Mark Hughes saat Jo kembali ke City of Manchester Stadium seusai masa peminjamannya bersama Everton berakhir.

4. Robbie Fowler (Cardiff ke Blackburn Rovers, gratis)
Memang bandrol Fowler gratis. Rapornya, enam partai dan tak mampu mencetak gol. Medio Desember 2008, Paul Ince mendapat surat phk alias pemecatan.

5. Jimmy Bullard (Fulham ke Hull City, 5 juta pound)
Rekor transfer yang dibuat Phil Brown. Dalam debutnya melawan West Ham United, Bullard dibekap cedera lutut yang sangat parah. Bullard naik meja operasi dan absen sampai akhir musim.

6. Dave Kitson (Reading to Stoke City, 5,5 juta pound)
Pembelian terbesar Tony Pulis. Rapornya tak mampu mencetak satu gol pun dari 18 pertandingan.

7. David Bentley (Blackburn Rovers ke Tottenham Hotspur, 15 juta pound)
Kedatangannya ke White Hart Lane digadang-gadang jadi pengganti Aaron Lennon. Buktinya, Bentley lebih sering duduk di bench. Torehannya satu gol dari 24 partai liga.

8. Nicky Shorey (Reading ke Aston Villa, 4 juta pound)
Seperti para pemain kunci Reading lainnya, tanpa arahan Steve Coppell, Shorey gagal unjuk gigi. Di Villa Park, Shorey mengalami krisis kepercayaan diri.

9. Tal Ben Haim (Chelsea ke Manchester City, 5 juta pound)
Satu lagi rekrutmen buruk Mark Hughes. Di tengah musim, Ben Haim dipinjamkan ke Sunderland. Rapornya hanya tampil dalam lima partai.

10. Andrea Dossena (Udinese ke Liverpool, 7 juta pound)
Meski mampu menjebol gawang Real Madrid dan MU, secara keseluruhan performanya mengecewakan. Dossena kesulitan beradaptasi dengan cepatnya pola permainan di Liga Premier.

Cantona Ingin Tangani MU atau Inggris
Kenangan manis di Inggris nampaknya tidak lekang dari benak Eric Cantona. Bintang sepakbola Prancis yang gantung sepatu pada 1997 itu mengemukakan hasratnya untuk kembali ke Inggris jika datang kesempatan membesut Manchester United yang mengangkat namanya lengkap dengan kelakuan kontroversialnya.

Keinginan menukangi MU tidak terlalu mengejutkan memang, beda dengan hasrat King Eric yang juga menyatakan tidak akan menolak jika datang kesempatan menggantikan Fabio Capello sebagai manajer Timnas Inggris.

Kepada La Provence, Cantona berkata: “Jika kembali menggeluti sepakbola suatu hari nanti saya ingin melatih karena saya bisa membawa sesuatu yang baru. Tetapi itu hanya akan ke Inggris, melatih tim nasional atau Manchester (United).”

Biarpun hilang bak ditelan Bumi sejak memutuskan pensiun, Cantona yang kini berusia 42 tahun mengumpulkan berbagai pengalaman melatih. Di antaranya menangani tim sepakbola pantai Prancis yang berhasil menjuarai Piala Dunia Sepakbola Pantai di 2005.
ia juga menyibukkan diri di dunia perfilman Prancis. Pengalaman yang banyak menuai kritik dan sanjungan dari dunia perfilman di Prancis dan Inggris. Bersama Jose Mourinho dan David Moyes, Cantona tidak pernah luput sebagai calon pengganti Sir Alex Ferguson jika manajer kawakan itu pensiun.

Mengenai partai final Liga Champions yang akan dilakoni MU pada 27 Mei nanti, Cantona yakin mantan klubnya itu akan meraih kemenangan dari Barcelona. “Saya kasih jawaban singkat dan cepat: Manchester United!” ujar Cantona, seperti yang dikutip AFP, ketika ditanya tanggapannya tentang final di Roma tersebut.

“Cara kerja Ferguson 100 persen buat para pemainnya dan sangat hangat. Ia juga bisa mengoptimalisasikan kemampuan saya sepenuhnya,” ujar Cantona yang membandingkan Ferguson dengan Ken Loach, sutradara film biografinya yang berjudul “Looking for Eric”.
[center]

[center]Alasan Ferguson Depak Ronaldo[/center]
Tentu saja, keputusan Ferguson diambil dengan perasaan berat hati. Namun, putusan penjualan Ronaldo bukan terjadi ketika MU resmi menerima tawaran Los Blancos. Ferguson telah mengambil sikap beberapa bulan yang lalu, bahkan mungkin setahun yang lalu. Bagi Ferguson, pertanyaannya selalu sama: apa artinya bagi MU jika melego CR7 ke Madrid? Ketika isu Ronaldo “telah pindah ke lain hati” pada Juni 2008, Ferguson dengan lantang menyatakan, Ronaldo baru bisa pindah setelah “melangkahi mayatnya”. Enam bulan kemudian, Ferguson tegas menyatakan ia tidak akan “menjual virus kepada mafia”.

Meski gagal mengantarkan MU mempertahankan gelar Liga Champions, tidak ada yang menampik jika di musim 2008-09, kontribusi Ronaldo begitu berarti bagi keberhasilan skuad Ferguson mempertahankan gelar Liga Premier. Namun, selama 12 bulan terakhir, benak Ferguson dilanda sejumlah tanya. Meskipun Ronaldo pantas didaulat sebagai salah satu pemain terbaik di muka bumi ini, benarkah ia tak tergantikan?

Hasilnya, setelah merenung selama setahun, Ferguson mengambil kesimpulan, Ronaldo pantas dijual. Keputusan yang sama diambil Ferguson saat mendepak sejumlah pemain bintang MU yang menjadi idola publik Old Trafford: Andrei Kanchelskis, Paul Ince, Dwight Yorke, Jaap Stam, Ruud van Nistelrooy, dan yang paling terkenal, tentunya, David Beckham.

Lalu, apa alasan di balik kesimpulan Ferguson mendepak Ronaldo? Terlepas dari kualitas, kontribusi, dan aksi memukaunya di lapangan hijau, peranan Ronaldo dalam tim semakin dipertanyakan. Pun, kencang terdengar jika keberadaan CR7 di ruang ganti pemain tidak seindah seperti yang dikira publik. Jika eksistensi Ronaldo dirasa bakal menyulitkan kondisi tim, dipastikan Ferguson bakal turun tangan. Prinsip Ferguson: lebih baik “mematikan” satu pemain, meskipun bertitel superstar, daripada keutuhan tim terganggu!

Tentu saja, berlabel pemain bintang dan kualitas jenius yang dimilikinya membuat Ronaldo begitu spesial dan berada di atas rata-rata pemain MU lainnya. Namun, ketika Ronaldo bersikap lain (berseberangan) dengan rekan setimnya, alamat problem besar bakal datang. Hal itu tampak dari aksi Ronaldo di lapangan yang kerap mengeluh dan melakukan selebrasi yang sebel. Terakhir, Ronaldo mengkritik strategi yang diterapkan Ferguson di Olimpico, Roma. Alhasil, sesepuh manajer premiership itu berkesimpulan: dibanding talentanya yang luar biasa, Ronaldo lebih berprospek menyulitkan tim.

Yang menarik, dipastikan pula, jauh-jauh hari Ferguson sudah menetapkan pemain yang bakal diplotnya sebagai suksesor Ronaldo. Masalahnya, sampai sejauh ini belum ada sinyal kuat pemain mana yang bakal diboyong Ferguson. Media massa Inggris, berkeyakinan, dalam waktu dekat, Ferguson akan meminang winger Wigan Athletic, Antonio Valencia.

Sejumlah pemain bintang lainnya pun masuk dalam daftar buruan, seperti bintang Olympique Lyonnais, Karim Benzema. Masalahnya, Les Gones telah berikrar tidak akan melepas Benzema sebelum musim depan berakhir. Lalu, tentu saja, bintang Prancis yang bermain bersama Bayern Muenchen, Franck Ribery. So, pertanyaannya, dengan duit 80 juta pound, pemain mana yang akan dilamar Ferguson?

---

CR7 Nyaris Berbaju Bianconeri
Kisah megatransfer Cristiano Ronaldo ke Real Madrid akan lain ceritanya jika saja sang pemain flamboyan itu memperkuat Juventus. Lho, ya Bianconeri hampir saja mendapatkan servis bintang internasional Portugal itu sebelum akhirnya diserobot Manchester United.

Pada 2003, bukan hanya MU yang mencium talenta besar Ronaldo. Juventus yang ketika itu roda bisnisnya dinahkodai Luciano “Mob” Moggi merasakan gelagat serupa. Menurut Tuttosport, harian olahraga yang berbasis di Turin, Moggi telah mencapai kesepakatan dengan Sporting Lisbon, klub pembina Ronaldo. Tapi nyatanya gagal.

Biang keladi ada di Marcelo Salas. Maksudnya Juve mencantumkan Salas sebagai alat tukar dalam deal dengan pihak Sporting. Akan tetapi, masuk ke tenggat waktu Salas tidak mau bermain di Portugal. Meski Moggi berusaha keras mendekati, striker asal Chile itu emoh namanya dimasukkan ke dalam kerangka pertukaran. Akhirnya membuat deal terkatung-katung.

Beberapa hari kemudian MU datang. Proposal dipenuhi rayuan dari Carlos Queiroz, ketika itu asisten Sir Alex Ferguson, membuat segalanya mulus. Baik Sporting dan CR7 sepakat dengan fee transfer yang ditaksir sebesar 12,3 juta pound. Hampir saja Juve!

Syarat Tevez Kembali ke Old Trafford
Kabar gembira bagi para pendukung Manchester United. Pemain kesayangan mereka, Carlos Tevez, masih membuka pintu kembali ke Old Trafford. Syaratnya, The Red Devils mau memberi bayaran atau gaji yang besar bagi striker Timnas Argentina berusia 25 tahun itu.

Sejak kompetisi musim lalu berakhir, masa depan Tevez diragukan. Pasalnya, MU tak kunjung dapat mencapai kesepakatan terkait fee transfer (permanen) dengan pemilik hak ekonomi Tevez, Kia Joorabchian. Tevez pun sempat sesumbar dengan mengklaim bakal pindah ke klub lain karena merasa dianaktirikan oleh manajer MU, Sir Alex Ferguson.

Ketidakpastian itu membuat beberapa klub premiership mencoba mendekati mantan striker West Ham United itu. Setelah diklaim mencoret Liverpool, ada dua tim yang berpeluang memboyong Tevez, Manchester City dan Chelsea. Dengan dukungan dana yang melimpah, The Citizens bersedia membayar Tevez dengan gaji 140 ribu pound per pekan. Di lain pihak, bos The Blues, Carlo Ancelotti juga membuka pintu bagi Tevez untuk bergabung ke Stamford Bridge. Sikap Ancelotti diklaim membuat Tevez tergoda.

Namun, seperti yang dilansir The Sun, Tevez masih membuka kemungkinan bagi MU dan Ferguson untuk memermanenkan statusnya. Syaratnya, Tevez meminta MU memberinya gaji sebesar 110 ribu pound (sekitar Rp 1,8 miliar) per minggunya, jumlah yang diterima dua punggawa The Red Devils, Rio Ferdinand dan Dimitar Berbatov. Selama menjadi pemain pinjaman, Tevez mendapat bayaran 95 ribu pound (sekitar Rp 1,56 miliar) per pekannya.